Usaha atau pekerjaan bisa ditiru, tapi rejeki tidak bisa ditiru. Mendirikan usaha ataupun bekerja adalah bentuk ikhtiar kita, sedang rejeki adalah wilayah-Nya. Ada kadarnya tersendiri, Allah telah menetapkannya untuk kita dan yang pasti rejeki kita tak sama walau usaha atau pekerjaan kita sama. Toh sekalipun kerja sama terjalin, rezeki yang didapat juga akna tetap berbeda. Apapun itu caranya, apapun usahanya, bagaimanapun kerja sama yang dilakukan, rezeki yang didapatkan pasti akan berbeda. Usaha boleh sama namuan rezeki tetap berbeda. Jawabannya, Allah 'azza wa jalla ar-Razzaq, Dzat yang memberikan rezeki dan membagi-baginya di antara para hamba-Nya, memiliki hikmah yang tinggi dalam penciptaan, dalam melapangkan dan menyempitkan rezeki para hamba-Nya. Dia memiliki hikmah yang agung dalam hukum dan penetapan syariat. Usaha Bisa Ditiru, Tapi Rezeki Tidak Lalu ketika dewasa, berbagai rintangan hidup memaksa diri menafsirkan apa itu makna suratan-Nya. Maka akhirnya dia tersentak dan terenung hingga hatinya berkata, usaha bisa ditiru, tapi rezeki tidak. Melainkan, rezeki itu datang kepadanya dengan cara yang tidak terduga. Bukan Sebab Rezeki. Usaha bukanlah sebab diperolehnya rezeki, karena adanya sebab pasti disertai akibat. Kita, bisa menyaksikan ada orang yang diberi rezeki tanpa proses ikhtiar. Maka, ini berarti menegaskan bahwa usaha bukan sebab diperolehnya rezeki. Tidak Semua Hasil Usaha dapat Disebut Sebagai Rezeki. Lalu, apa kah semua hasil usaha bisa disebut sebagai rezeki? Jawabannya adalah b elum tentu. Mungkin sebagian orang akan bertanya-tanya, "Mengapa demikian?" Hal tersebut menurut Ibnu Kholdun, dalam kitab Muqoddimah-nya (hal. 685), karena suatu hasil usaha dapat disebut sebagai rezeki pMpvE.

usaha boleh sama tapi rezeki tidak